Thursday, October 5, 2017

TANTANGAN ORANG TUA ZAMAN INI


Oleh Fuat Anggrianto





sumber ilustrasi: sigambar.com


Bapak-bapak, anda pasti menginginkan anak yang patuh pada orang tua, rajin beribadah, rajin belajar, dan intinya mereka jadi anak yang baik. Orang tua mana yang tidak menginginkan anaknya tumbuh menjadi semacam itu. Apalagi di zaman yang semodern ini. Bukannya malah tenang kita sebagai orang tuakan jadi khawatir. Saat ini kalau anak usis SD kelas 6 pegang smartphone itu sudah biasa. Anak usia 12 tahun punya facebook itu biasa. Anak SMP usia 13 tahun punya instagram itu juga biasa. Anak SD kelas 4 naik motor itu juga sudah banyak. Anak SMP kelas 9 yang sudah hamil duluan itu juga sangat buanyak.
Ibu-ibu, anda pasti khawatir jika anak anda menyalahgunakan segala fasilitas yang telah anda berikan kan? Padahal niat kita sebagai orang tua untuk mendukung anak. Kita tidak ingin anak kita jauh tertinggal dengan yang lain. Kita juga tidak ingin pula anak kita susah karena cukup kita saja yang susah pada zaman dulu. Tapi jika anak kita belikan motor, tapi akhirnya pulang sekolah mereka malah keluyuran, pulang malam, dan main tak jelas, apa tidak membuat kita jadi khawatir. Kalau kita belikan smartphone untuk mudah berkomunikasi dengan kita dan teman mereka tapi ternyata digunakan untuk melihat konten-konten YANG DIINGINKAN, tentu kita khawatir.
Kalau zaman dahulu  anak cenderung patuh pada orang tua karena mereka tidak terinfeksi virus-virus dari televisi dan internet. Ke sawah, cari kayu bakar, jalan kaki itu sudah biasa bagi anak dulu. Kalau bagi anak sekarang, pacaran, balapan, jagongan, itu hal biasa. Jika anak zaman dulu mengaji itu sampai usia hampir menikah, kalau sekarang usia SMP sudah buyar. Alasannya biar bisa fokus unas, focus sekolah, dan lainnya. Kalau dulu ada anak sore hari masih tampak di jalan pasti ditanya “leh, gak ngaji a leh? Tak warahno bapakmu on”. Yang artinya “nak kamu tidak mengaji? Saya laporkan ke bapakmu nanti”. Kalau sudah diomongi semacam itu pasti anak itu takut dan langsung pergi mengaji. –curhat sedikit—. Tapi kalau anak sekarang sore masih di warnet, masih pacaran, masih cangkrukan tidak ada orang yang bertanya seperti itu. Mungkin ini juga yang menjadi penyebab anak malas untuk mengaji.
Bapak-ibu. Bagi sebagaian orang tua, khususnya yang muslim jalan pintasnya adalah mengirim anak ke pendidikan pondok pesantren. Mengapa demikian, karena pendidikan pondok pesantren cenderung bersifat agamis yang mampu membawa anak lebih santun dan religius. Di pesantren seorang anak akan benar-benar diajarkan tentang nilai-nilai keislaman sehingga mereka mampu menerapkannya kelak ketika kembali ke masyarakat. Mungkin ini salah satu jalan pintasnya ketika anak lulus SD, banyak orang tua yang memutuskan untuk memondokkan anak mereka ke pondok pesantren dengan harapan kelak ketika mereka kembali akan menjadi anak yang berbakti kepada orang tua Amin.
Tapi perlu diingat bapak-ibu, jika anak anda ingin menjadi seorang yang religius tentu haruslah dididik mulai dini. Tak usahlah kita menunggu mereka lulus SD. Mulai dari balita kita bisa mendidik anak ala pondok pesantren walapun sebenarnya kita juga bukan alumni pesantren. Tapi tidak ada yang tidak mungkin kan. Mungkin untuk awal yang baik minimal kita ajarkan salat lima waktu tanpa telat, mengaji rutin di maderasah atau TPQ terdekat, dan masih banayk lagi. Tapi perlu diingat bapak-ibu, sebelum kita membiasakan pada anak, alangkah baiknya kita membiasakan semuanya itu pada diri kita dahulu. Mari kita perbaiki diri dulu, minimal berkata yang baik-baik, salat lima waktu, dan rajin mengaji.

No comments:

Post a Comment