Sunday, May 10, 2020

GURU

Sumber gambar: destyarahmawati.blogspot.com
Cerpen Putu Wijaya

Anak saya bercita-cita menjadi guru. Tentu saja saya dan istri saya jadi shok. Kami berdua tahu, macam apa masa depan seorang guru. Karena itu, sebelum terlalu jauh, kami cepat-cepat ngajak dia ngomong.

"Kami dengar selentingan, kamu mau jadi guru, Taksu? Betul?!"
Taksu mengangguk.
"Betul Pak."
Kami kaget.
"Gila, masak kamu mau jadi g-u-r-u?"
"Ya."

Saya dan istri saya pandang-pandangan. Itu malapetaka. Kami sama sekali tidak percaya apa yang kami dengar. Apalagi ketika kami tatap tajam-tajam, mata Taksu nampak tenang tak bersalah. Ia pasti sama sekali tidak menyadari apa yang barusan diucapkannya. Jelas ia tidak mengetahui permasalahannya.

Friday, May 8, 2020

HEGEMONI DALAM DRAMA MONOLOG DARI TIGA KAMAR OLEH TEATER CATUR PASURUAN


Drama Monolog dari Tiga Kamar karya Iswadi Pratama merupakan salah satu drama yang sering dipentaskan oleh berbagai kalangan seniman untuk pertunjukan teater. Drama ini berkisah tentang seorang tokoh berprofesi sebagai seorang pengarang, dimana ia mengalami konflik batin hebat akibat dari pilihan hidupnya tersebut. Di babak pertama cerita, tampak tokoh utama memerankan bagaimana sulitnya menjadi seorang pengarang. Walaupun di usia yang cukup matang, tokoh harus tetap bekerja secara keras tanpa adanya sebuah penghargaan berarti yang ia terima. Bahkan, tak segan ia mengutarakan perasaan sesal mengapa ia memilih jalan tersebut dan tidak menjadi orang-orang pada umumnya untuk
menjalani hidup. Setiap hari ia harus meluangkan waktu untuk menjadi pengarang dengan tuntutan dari penerbit. Pada babak kedua, tokoh utama berada pada setting tampak lebih muda dimana digambarkan itu adalah awal mula ia memilih jalan sebagai seorang pengarang. Diceritakan bahwa kala itu ia terinspirasi oleh guru bahasa Indonesianya yang memberikan ia sebuah puisi yang membuat hidupnya berubah. Ia memilih untuk menjadi seorang pengarang ketika semua orang menertawakannya, namun tak ada yang melarangnya. Dari sanalah konflik batin tokoh muncul ketika masa muda dan masa tuanya berkata sebaliknya akibat pilihan menjadi seorang pengarang. Di babak ketiga, tampak tokoh utama sudah berada di usia senja yang memberikan sebuah akhir misteri terhadap drama ini.
Apabila dilihat, dalam drama tersebut jelas tampak sekali bagaimana ada hegemoni di dalamnya. Teori hegemoni Gramsci mengklasifikasikan menjadi dua jenis, yaitu hegemoni moral dan hegemoni intelektual. Kedua hegemoni ini pun jelas tampak di dalam drama Monolog dari Tiga Kamar. Kedua hegemoni ini digambarkan jelas melalui dialog tokoh utama yang membuat bagaimana sengsaranya menjadi seorang pengarang.
Apabila dilihat dalam jenis hegemoni intelektual, terdapat bentuk hegemoni yang ada dalam drama ini, yaitu (1) Menuurut orang-orang profesi pengarang itu tidak menghasilkan apa-apa dan cenderung susah, (2) Orang tua menghendaki untuk berkuliah jurusan yang menghasilkan, dan (3) Teman-teman menertawakan tokoh karena pilihan menjadi pengarang. Sedangkan, apabila dilihat dari hegemoni moral, maka bentuk hegemoni tersebut, yaitu (1) Penyesalan menjadi seorang pengarang dan (2) Seorang anak gadis tidak memiliki kesempatan untuk menjalani hidup sesuai keinginannya.

Menuurut Orang-Orang Profesi Pengarang Itu Tidak Menghasilkan Apa-Apa dan Cenderung Susah
bentuk hegemoni ini tampak di babak pertama atau kedua dalam drama. Tokoh utama menjelaskan bahwa pandangan orang-orang lebih mendewakan pekerjaan yang memiliki status sosial tinggi, seperti PNS, TNI, Polisi, dan sebagainya dalam hidup. Hal ini tentu menjadi hegemoni tersendiri pada tokoh utama oleh orang-orang dimana dia ingin menjadi seorang pengarang sesuai dengan kehendaknya. Pada dialog yang menunjukkan hegemoni ini dikatakan bagaimana orang-orang memandang rendah terhadap profesi pengarang yang tak menghasilkan dan tak bisa memberis status sosial apa-apa.

Orang Tua Menghendaki Untuk Berkuliah Jurusan yang Menghasilkan
Pada dialog di dua babak pertama drama juga dijelaskan adanya penyesalan, mengapa tokoh utama tidak patuh pada orang tua untuk berkuliah pada jurusan yang lebih menjanjikan untuk masa depannya. Tentunya dari sini dapat diketahui terdapat hegemoni oleh orang tua terhadap anaknya, dimana seorang anak biasanya tidak diperkenankan untuk memilih tujuan hidupnya sendiri karena orang tua ingin melihat anaknya berhasil sesuai dengan keinginannya. Padahal, anak pun bisa berhasil sesuai dengan keinginannya sendiri. Bagaimana tokoh utama diharapkan oleh orang tua untuk berkuliah di jurusan yang lebih baik dengan pengorbanan menjual tanah yang dimiliki merupakan suatu hegemoni intelektual.

Teman-Teman Menertawakan Tokoh Karena Pilihan Menjadi Pengarang
Hegemoni oleh teman-teman tokoh utama juga ditunjukkan dalam babak kedua drama ini. Teman-temannya cenderung menertawakan bagaimana sang tokoh seakan-akan memiliki dunia sendiri yang tidak sejalan dengan dunia orang lain pada umumnya. Dengan menertawakan si tokoh utama karena pilihannya menjadi pengarang dan suka dengan hal berbau sastra, maka bentuk hegemoni doleh teman-temannya adalah bentuk meremehkan dari mereka terhadap pecinta sastra.

Penyesalan Menjadi Seorang Pengarang
Hegemoni selanjutnya dalam bentuk penyesalan oleh tokoh utama menjadi seorang pengarang. Mengapa hal ini bisa dikatakan sebagai sebiah hegemoni, karena tokoh utama menghegemoni diri sendiri telah memilih profesi sebagai seorang pengarang. Ia mensugesti diri sendiri bahwa menjadi pengarang itu sangat melelahkan dan tidak ada hasilnya. Bahkan, ia menyesal telah memilih jalan ini karena hingga keadaannya yang sudah matang masih belum ada tanda bahagia.

Seorang Anak Gadis Tidak Memiliki Kesempatan Untuk Menjalani Hidup Sesuai Keinginannya
Hegemoni moral selanjutnya adalah tidak diperbolehkannya seorang anak gadis untuk memilih jalan hidupnya sendiri. Hegemoni semacam ini diberikan oleh banyak orang kepada seorang anak gadis karena dianggap kurang mampu. Termasuk demikian kepada tokoh utama. Dijelaskan dalam monolognya pada babak kedua bahwa seorang anak gadis tidak diperkenankan memilih jalan hidupnya dan cenderung diremehkan tak mampu menjadi sebuah keberhasilan. Tentu saja ini berhubungan dengan hegemoni terhadap kaum wanita yang ditentang jelas oleh kaum feminis saat ini.

Drama Monolog dari Tiga Kamar merupakan salah satu drama yang memberikan kisah terbaik yang mengkonstruksi kehidupan seorang pengarang. Bagaimana banyaknya bentuk hegemoni ketika seseorang memutuskan menjadi seorang pengarang, baik oleh teman, orang tua, masyarakat, hingga diri sendiri. Hegemoni-hegemoni tersebut didasakan pada tidak adanya kekonkritan yang dihasilkan oleh seorang pengarang dalam menjalani profesinya dan itu dilukiskan dalam drama ini. Drama yang dibawakan oleh Teater Catur, Pasuruan ini begitu memukau sehingga kita bisa langsung melihat betapa berat kehidupan seorang pengarang dengan banyaknya hegemoni yang didapatkannya.

Wednesday, April 29, 2020

SELAMANYA TETAP ABADI

Memanh telah banyak jalan yang sudah kita lalui. Mungkin tidakkah sulit mengingat satu-persatu diantaranya. Tapi tidaklah mudah juga menebah setiap kata yang sudah terucap ketika melewati jalan-jalan tersebut. Ada pengertian memang mengapa hari ini, kemarin, dan besok itu jelas berbeda. Itu semua terjadi karena waktu bukanlah milik kita. Begitulah semuanya akan abadi.
Banyak jalan menuju ke Roma. Begitupun jalan yang sekarang kita pilih menuju ke sana. Siapa yang tahu jalan mana yang jebakan dan jalan mana yang pintas. Itulah tantangannya sekarang. Tidak mungkin wakti bisa dimiliki kembali karena apapun yang terjadi hidup harus tetap berlanjut.
Tenang saja, jalanmu dan jalanku sudah berbeda. Kapal kita sudah berbeda layaknya Shirohige, Kaido, atau Bigmom yang membentuk kelompoknya sendiri dan mampu menjadi Yonku setelah membubarkan diri dari kelompok Rock D Sabex. Percayalah bahwa kita sudah abadi dalam sebuah hal yang tidak bisa ditentang. Percayalah kelak kita sama-sama akan memiliki kekuasaan di bumi ini layaknya Yonku.

Sunday, April 19, 2020

Debat


Debat Pilpres Bergelimang Cacat Logika - Anandika AS - Medium
medium.com

Debat merupakan sebuah kegiatan saling beradu argument antar peserta debat. Debat bisa kita lihat dalam keseharian kita, mulai dari perdebatan dengan teman atau bahkan perdebatan di tingkat yang lebih tinggi. Ada beberapa hal yang harus kalian ingat tentang debat. Debat itu dilaksanakan bukan untuk menarik sebuah kesepakatan. Jelas debat berbeda dengan negosiasi. Debat tidak akan pernah menghadirkan cara persuasive karena setiap peserta debat harus mempertahankan argument dan pandangannya masing-masing. Tidak mungkin salah seorang akan peserta debat setuju dengan lawannya. Jika seperti itu, berarti itu bukan debat melainkan sebuah diskusi atau rapat. 

Hakikat Debat 

Debat bermakna sebuah kegiatan pertukaran pendapat terhadap sebuah objek dengan saling memberi argument untuk mempertahankan pandangannya. Pernahkah kalian mendengar debat kusir. Nah, bisa jadi debat kusir termasuk dalam salah satu jenis debat, namun saya rasa debat kusir merupakan debat sederhana yang tidak ilmiah sehingga jangan diklasifikasikan ke dalam jenis debat. Debat kusir adalah debat yang dilakukan dengan tidak disertai argument dan alasan masuk akal. Mungkin debat kusir biasa dilakukan ketika kita berkumpul dengan teman-teman di tempat santai.

Saturday, April 18, 2020

Teks Negosiasi


√ Negosiasi : Pengertian, Tujuan, Tahapan, Jenis, Manfaat
sarjanaekonomi.co.id

Setelah beberapa pertimbangan, maka saya berusaha untuk menjawab pertanyaan kalian hari ini. Nah, pertama saya akan membahas terkait materi awal kita, teks negosiasi. Ingat teks negosiasi bukan negoisasi.  Saya sangat yakin bahwa kalian sebelumnya telah membaca konsep dan teori tentang teks negoisasi sehingga yang kalian tanyakan adalah hal yang benar-benar sulit dimengerti. Oleh karena itu, saya pun hanya akan menjawab pertanyaan yang memang benar-benar membutuhkan penjelasan tambahan. Perhatikan juga bahwa bahasan ini merupakan jawaban dari setiap pertanyaan yang sudah berusaha saya rangkum sebaik-baiknya.

Hakikat Teks Negosiasi

Tentu kalian masih ingat bahwa negosiasi merupakan sebuah kegiatan tawar-menawar dengan perundingan untuk mencapai kesepakatan antara dua pihak atau lebih (KBBI). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa sejatinya negosiasi akan mengajarkan kita bagaimana etika dan cara bernegosiasi yang baik supaya bisa mendapatkan tujuan yang ingin dicapai.
Apabila kita membahas teks negosiasi, itu berarti proses negosiasi tersebut telah diubah menjadi sebuah teks, baik lisan atau tulis. Ingat, teks negosiasi itu bisa menggunakan bahasa baku ataupun bahasa tidak baku sesuai dengan konteksnya. Apabila kalian bernegosiasi dengan guru, sekolah, perusahaan, atau lembaga resmi lain, gunakan bahasa baku. Namun, apabila kalian bernegosiasi dengan teman saja, maka boleh saja untuk menggunakan bahasa tidak baku atau komunikatif.

Tuesday, April 14, 2020

MANUSIA STORY MEDSOS

facebook.com

Saat ini tingkat baca penduduk Indonesia sangatlah rendah. Padahal apabila dilihat berdasarkan waktunya, mungkin ini adalah saat yang tepat untuk banyak membaca. Karena adanya pandemi Covid 19 yang membuat pemerintah menganjurkan supaya setiap orang lebih baik berada di rumah saja menyebabkan ada banyak waktu yang dimiliki oleh banyak orang. Memang, faktanya hal ini juga banyak merugikan karena penghasilan berkurang dan produktifitas menurun dari segi ekonomi. Tapi apa mau dikata, ini harus dilakukan demi menyelamatkan keberlangsungan hidup negara ini.

Sunday, April 12, 2020

Membaca Puisi

Gara-gara Ikut Lomba Baca Puisi - Ujwar Firdaus
ujwar.com

Puisi adalah sebuah seni sastra yang tidak hanya menghadirkan keindahannya saja melalui maknanya. Lebih dari itu, puisi akan lebih tampak keindahannya melalui pembacaan yang dilakukan dengan tepat. Penjiwaan tidak akan pernah datang apabila anda tidak memaknai puisi itu terlebih dahulu. Ketahuilah makna puisi tersebut dan temukan suasana di dalamnya, maka anda akan lebih mudah dalam membacanya. 

7 Cara Membaca Puisi Yang Baik Dan Benar. 

1. Kejelasan dalam artikulasi dan intonasi yang tepat

Sedangkan Intonasi sendiri yaitu, tinggi rendahnya nada pada kalimat yang memberikan penekanan pada kata – kata tertentu, seperti penakanan nada, penekanan dinamik serta penekanan tempo yang tepat. Jadi dalam membaca puisi artikulasi dan intonasi haru tepat agar kalimat puisi yang kita baca menjadi lebih jelas sehingga terdengar begitu nyata ditelinga para pendengar.

2. Ketepatan Ekspresi Atau Mimik

Ekspresi adalah suatu penjiwaan terhadap perasaan kita pada saat sedang membaca puisi, sedangkan mimik sendiri adalah raut wajah atau gerak muka yang menggambarkan isi dalam puisi. Keduanya sangat berperang penting dan termasuk unsur pendungkung pada saat membawakan sebuah karya puisi. Semuah pembaca dituntut untuk bisa dapat menyesuaikan ekspresi dan mimik wajah terhadap isi yang tekandung dalam puisi tersebut.
Pada saat puisi yang dibawa mempunyai tema atau menceritakan suasan yang sedih makan anda harus memperlihatkan ekspresi dan mimik yang sedih, begitupun sebaliknya jika puisi yang dibawakan memiliki tema gembira maka yang harus diperlihatkan mimik wajah yang gembira atau senang.
Semuahnya bisa disesuaikan tergantung isi yang terkandung dalam puisi. Kedengaranya memang mudah tapi hal ini butuh latihan berkali – kali, untuk bisa dipahami karena hal ini sangat berperang pentig pada saat membaca puisi apa lagi pada saat didepan umum arau diajang perlombaan.

3. Menggunakan Gerak Tubuh yang Tepat 

Gerak tubuh juga tidak kalah penting sperti ekspresi dan mimik wajah yang telah dibahas sebelumnya. Saat membaca puisi gerak tubuh harus sesuai dengan irama, suasana pada saat membaca puisi.
Contohya itu seperti, ketika isi dalam puisi menceritakan tentang perjuangan maka gerak tubuh harus kelihatan tegas, tegak sperti mengkepak telapak tangan dan telihat seperti sosok pemimpin. Sehingga penonton atau pendengar bisa terbawa suasana pada saat anda sedang membaca puisi. Maka dari itu gerak tubuh harus dipikirkan terlebih dahulu sebelum memulai membaca puisi, agar bisa tampil sempurnah dan berhasil.

4. Menguasai Arena Panggung 

Selanjutnya adalah menguasai panggung, guna menghilangkan terjadinya demam panggung. Demam panggung disini maksudya ialah ketika anda sedang membaca puisi anda tidak dapat menguasai keadaan panggung, bisa menyebabkan loss kontrol atau tidak bisa berkata – kata dan hanya bisa diam pada saat didepan umum, maupun pada saat didepan kelas.
Tentu itu sangat berbahaya, dan bisa membuat anda terlihat malu. Untuk itu diperlukan latihan supaya tidak terjadi hal demikian. Caranya agar anda bisa menguasai panggung, sering – seringlah latihan didepan teman – teman kalau diadakan didalam kelas tapi klau seandainya didepan umum atau didepan orang banyak, maka sesering mungkin latihan baca puisi ditempat terbuka.
Agar anda bisa terbiasa dan bisa menguasai panggung dengan baik, serta mengantisipasi terjadinya demam panggung, maka yakin dan percaya anda akan berhasil dalam membacakan puisi dengan benar dan baik.

5. Kelancaran dan Kecepatan 

Dalam Membaca Puisi. Kelancaran dan kecepatan sangat berpengaruh dalam pendengaran pada saat menikmati puisi yang dibawakan oleh pembaca puisi. Kedua hal ini harus benar – benar dipelajari dan dicermati dengan baik agar pendengar dapat menikmati puisi yang didengar. Kelancaran dalam membaca puisi tidak lepas dari latihan, karena hanya dengan latihan anda bisa mendapatkan kelancaran dengan baik.
Selain kelancaran, kecepatan juga harus diperhatikan pada saat membaca puisi, apabila kecepatan membaca puisi secara terburu – buru maka pendengar akan sulit memahahi isi puisi dan jika terlalu lambat juga akan membuat pendengar malas sertah jenuh. Maka dari itu perhatikan kelancaran dan kecepatan dalam membaca puisi.

6. Mengatur Pernapasan 

Diperlukan juga dalam membaca puisi ialah mengatur nafas anda. Nafas yang dimaksud disini ialah cara anda mengtur nafas panjang, pendek dan datar pada saat membaca puisi. Karena napas ada kaitanya dengan nada atau vokal pada saat membaca puisi. ketika dapat mengatur pernafasan dengan baik maka vocal yang keluar atau suara yang keluar akan terdengan jelas .

Selain itu pernafasan juga digunakan untuk situasi dalam isi yang terkandung dalam puisi. seperti ketika isi kandungan dalam puisi berceritah tentang kesedihan maka disitu nafas harus kendengara terengah - engah seakan – akan anda merasa tersiksa dan terbebani. Jadi disini pernapasan dugunakan sesui dengan puisi yang akan anda gunakan.

7. Memahami Makna Puisi. 

Terakhir adalah memahami makna puisi. membaca puisi jangan hanya sekedar baca tapi harus memahami makna dari isi puisi tersebut. Walaupun anda menguasai ekspresi, mimik, vokal, artikulasi dan intonasi yang baik, tapi anda tidak memahami makna dari isi puisi, maka anda belum bisa dikatakan sempurnah dala membaca puisi.

Apabila anda ingin menuliskan ke dalam sebuah teks cara membaca puisi yang sudah dilakukan, maka gunakanlah tanda baca tertentu. Tanda baca yang digunakan bertujuan untuk membuat pembaca lain akan tahu harus bagaimana dalam menggunakan intonasi, suara, dan pernapasannya.

Tanda Baca Untuk Membaca Puisi

Tanda jeda untuk menentukan irama
/ : berhenti satu ketukan, untuk menyatakan satuan makna frasa
// : berhenti dua ketukan, untuk menyatakan satuan makna kalimat
/// : berhenti agak lama atau tiga ketukan, untuk menyatakan satuan paragraf.

Tanda intonasi
ᴧ : suara perlahan sekali seperti berbisik
ᴧᴧ : suara perlahan
ᴧᴧᴧ : suara sangat keras seperti berteriak
V : Tekanan kata sangat Pendek
VV : Tekanan kata agak pendek
VVV : Tekan kata agak panjang


Wednesday, April 8, 2020

Jenis-Jenis Majas (Gaya Bahasa)


Majas adalah gaya bahasa yang sering digunakan oleh para sastrawan untuk membuat karya satra mereka. Ada beragam jenis majas yang bisa kamu pelajari dalam materi puisi Bahasa Indonesia. Berikut adalah jenis-jenis majas.
MAJAS (GAYA BAHASA)

A. Majas perbandingan
• Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
• Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
• Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan, dll.
• Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll.
• Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
• Sinestesia: Majas yang berupa suatu ungkapan rasa dari suatu indra yang dicurahkan lewat ungkapan rasa indra lainnya.
• Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
• Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
• Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
• Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
• Litotes: Ungkapan berupa penurunan kualitas suatu fakta dengan tujuan merendahkan diri.
• Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
• Personifikasi: Pengungkapan dengan menggunakan perilaku manusia yang diberikan kepada sesuatu yang bukan manusia.
• Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
• Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
• Totem pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
• Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
• Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
• Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
• Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
• Perifrase: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
• Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
• Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
• Asosiasi: perbandingan terhadap dua hal yang berbeda, namun dinyatakan sama.


B. Majas sindiran
• Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
• Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
• Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
• Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
• Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.


C. Majas penegasan
• Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
• Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
• Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
• Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
• Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
• Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
• Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
• Sigmatisme: Pengulangan bunyi "s" untuk efek tertentu.
• Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
• Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana/kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks/lebih penting.
• Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/lebih penting menurun kepada hal yang sederhana/kurang penting.
• Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
• Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
• Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
• Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
• Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
• Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
• Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
• Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
• Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
• Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
• Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
• Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
• Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
• Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.


D. Majas pertentangan
• Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
• Oksimoron: Paradoks dalam satu frase.
• Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.
• Kontradiksi interminus: Pernyataan yang bersifat menyangkal yang telah disebutkan pada bagian sebelumnya.
• Anakronisme: Ungkapan yang mengandung ketidaksesuaian dengan antara peristiwa dengan waktunya.


Kegiatan Belajar:
Identifikasikan Majas di dalam puisi “Elegi” karya Djoko Pinurbo